Untuk para penggemar Trilogy The Lord Of The Ring mungkin postingan saya kali ini sudah tidak asing lagi . kali ini saya ingin membahas sebuah lagu "Beren And Luthien" lagu ini mengkisahkan seorang peri yang cantik jelita bernama Luthien yang bertemu dengan seorang manusia bernama Beren, lagu ini di karang oleh seorang novelis yang sangat terkenal J. R. R. Tolkien.
|
J.R.R. Tolkien |
Ia terinspirasi menulis lirik lagu ini ketika ia dan istrinya (Edith Mary Bratt) pergi berjalan-jalan ke hutan di dekat Roos dan di sanalah edith menari untuknya di sebuah semak hemlock yang lebat,Tolkien seringkali menyebut Edith sebagai Lúthien-nya. bahkan ketika Edith Tolkien meninggal dunia pada 29 November 1971, pada usia 82 tahun, dan Tolkien meminta agar nama Lúthien diukirkan pada batu nisan di Pemakaman Wolvercote, Oxford. Ketika Tolkien meninggal dunia 21 bulan berikutnya pada 2 September 1973, pada uisa 81, ia dikuburkan di liang yang sama, dengan nama Beren ditambahkan kepada namanya, sehingga ukirannya kini berbunyi: Edith Mary Tolkien, Lúthien, 1889–1971 John Ronald Reuel Tolkien, Beren, 1892–1973.
Tolkien memasukan lirik lagunya ini kedalam novelnya yang berjudul The Lord Of The Ring : The Fellowship Of The Ring. berikut adalah lirik dari lagu tersebut
The leaves were long, the grass was green,
The hemlock-umbels tall and fair,
And in the glade a light was seen
Of stars in shadow shimmering.
Tinuviel was dancing there
To music of a pipe unseen,
And light of stars was in her hair,
And in her raiment glimmering.
Dedaunan
panjang, rumput hijau,
Tinggi
indah pepohonan cemara,
Dan di padang tampak cahaya kemilau
Bintang-bintang berkelip di
keremangan
Tinuviel menari di sana
Diiringi nada suling indah memukau,
Cahaya bintang gemerlap di
rambutnya,
Pun di pakaiannya berkilauan.
There Beren came from mountains cold,
And lost he wandered under leaves,
And where the Elven-river rolled
He walked alone and sorrowing.
He peered between the hemlock-leaves
And saw in wander flowers of gold
Upon her mantle and her sleeves,
And her hair like shadow following.
Datang Beren dari pegunungan dingin
nan sepi,
Di bawah dedaunan tersesat
mengembara,
Menyusuri sepanjang tepi Sungai Peri
Melangkah sendiri, dicekam
kepedihan.
Mengintip di antara ranting-ranting
cemara
Terpesona oleh bunga-bunga emas
indah tak terperi
Pada jubah dan lengan si gadis
jelita,
Dan rambutnya
yang terurai, sekelam bayangan.
Enchantment healed his weary feet
That over hills were doomed to roam;
And forth he hastened, strong and fleet,
And grasped at moonbeams glistening.
Through woven woods in Elvenhome
She tightly fled on dancing feet,
And left him lonely still to roam
In the silent forest listening.
Terpesona
ia oleh pemandangan itu
Kakinya
yang letih seketika pulih;
Kuat
dan tangkas, ia bergegas maju,
Menggapai alur-alur sinar bulan
kemilau.
Di rimba belantara hutan Peri
Tinuviel lari dengan kaki-kaki lincah
berpacu,
Dan tinggallah Beren mengembara
sendiri
Di belantara sepi, mendengarkan
terpukau.
He heard there oft
the flying sound
Of feet as light as
linden-leaves,
Or music welling
underground,
In hidden hollows
quavering.
Now withered lay the
hemlock-sheaves,
And one by one with
sighing sound
Whispering fell the
beechen leaves
In the wintry
woodland wavering.
Sering
ia dengar tapak-tapak lincah
Kaki-kaki ringan bagai tanpa suara,
Atau musik yang memancar di bawah
tanah,
Tersembunyi bergetar di liang-liang.
Kini layu tergeletak berkas-berkas
cemara,
Berguguran
satu per satu sambil mendesah
Daun-daun
beech ikut berjatuhan pula
Di
hutan musim dingin melayang-layang.
He sought her ever,
wandering far
Where leaves of years
were thickly strewn,
By light of moon and
ray of star
In frosty heavens
shivering.
Her mantle glinted in
the moon,
As on a hill-top high
and far
She danced, and at
her feet was strewn
A mist of silver
quivering.
Beren s‟lalu mencari si gadis Peri
Di hamparan tebal daun-daun
berguguran,
Di bawah cahaya bulan dan bintang
yang berseri
Di angkasa dingin dan berembun beku.
Jubah Tinuviel gemerlap di bawah
sinar rembulan,
Seperti di puncak bukit nan jauh dan
tinggi
Ia menari, dan di kakinya bertaburan
Kabut
perak yang gemetar malu-malu.
When winter passed,
she came again,
And her song released
the sudden spring,
Like rising lark, and
falling rain,
And melting water
bubbling.
He saw the
elven-flowers spring
About her feet, and
healed again
He longed by her to
dance and sing
Upon the grass
untroubling
Musim
dingin berlalu, Tinuviel datang lagi,
Nyanyiannya
membangunkan musim semi,
Bagai
hujan rintik dan burung penyanyi,
Mencairkan
air yang dingin beku.
Di kakinya merekah bunga-bunga Peri
Berkembang indah dan berseri kembali
Ingin Beren menari dan bernyanyi
Di atas rumput bersamanya selalu.
Again she fled, but
swift he came.
Tinuviel! Tinuviel!
He called her by her
elvish name;
And there she halted
listening.
One moment stood she,
and a spell
His voice laid on
her: Beren came,
And doom fell on
Tinuviel
That in his arms lay
glistenin
Beren datang menghampiri, namun
Tinuviel lari.
Tinuviel! Tinuviel!
Dipanggilnya nama si gadis Peri;
Si gadis pun berhenti, bagai
tersihir
Sesaat tertegun si gadis Tinuviel
Terpikat suara Beren yang menggugah
hati,
Beren mendatangi, dan luluhlah
Tinicviel
Oleh
pesona yang mengikatnya sampai akhir.
As Beren looked into
her eyes
Within the shadows of
her hair,
The trembling
starlight of the skies
He saw there mirrored
shimmering.
Tinuviel the
elven-fair,
Immortal maiden
elven-wise,
About him cast her
shadowy hair
And arms like silver
glimmering.
Kala menatap mata Tinuviel si Jelita
Yang tersembunyi bayangan rambutnya,
Tampak oleh Beren tercermin di
dalamnya.
Kemilau bintang-bintang yang gemetar
perlahan
Tinuviel nan cantik memesona,
Gadis Peri yang bijaksana,
Mengurai rambutnya menutupi dirinya
Dan lengan-lengannya yang gemerlap
keperakan.
Long was the way that
fate them bore,
O'er stony mountains
cold and grey,
Through halls of iron
and darkling door,
And woods of
nightshade morrowless.
The Sundering Seas
between them lay,
And yet at last they
met once more,
And long ago they
passed away
In the forest singing
sorrowless..
Nasib membawa mereka mengembara,
Lewat
gunung berbatu dingin kelabu,
Lewat
lorong besi dan pintu kegelapan nan menyiksa,
Dan
hutan bayangan tanpa harapan.
Dipisahkan
Samudra luas yang menderu,
Sebelum
akhirnya kembali berjumpa,
Kini
mereka t'lah lama berlalu
Bernyanyi tanpa duka, di dalam
hutan.
bagaimana apakah kalian menyukai liriknya?saya pribadi sangat menyukai lirik lagu ini karna terasa begitu indah dan romantis ketika membayangkan suasana hutan di mana luthien menari juga saat pertemuannya dengan beren . terimakasih telah mampir dan membaca postingan ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
2012年9月3日
-bianda_fedia-