Author: Bianda Fedia Puspitasari
•01.59.00
II. Komponen dan Elemen Sistem Informasi



A. KOMPONEN SISTEM INFORMASI

Sistem informasi terdiri dari komponen­ komponen yang  disebut blok  bangunan (building  blok), yang  terdiri dari  komponen input, komponen model, komponen output, komponen  teknologi, komponen hardware, komponen software, komponen basis data, dan komponen  kontrol. Semua komponen tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain membentuk suatu  kesatuan untuk mencapai sasaran.

1. Komponen input 


Input mewakili data  yang masuk kedalam sistem informasi. Input disini termasuk metode  dan media  untuk  menangkap  data  yang  akan dimasukkan, yang  dapat berupa  dokumendokumen dasar.

2. Komponen model 

Komponen ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik  yang  akan  memanipulasi data  input dan data  yang  tersimpan di basis data  dengan cara  yag  sudah  ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.

3. Komponen output 



Hasil dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan  dokumentasi yang berguna untuk semua pemakai sistem.

4. Komponen teknologi 
Teknologi merupakan “tool box”  dalam sistem informasi, Teknologi digunakan untuk  menerima  input, menjalankan  model, menyimpan dan mengakses data, neghasilkan dan  mengirimkan keluaran, dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan.

5. Komponen hardware 



Hardware berperan penting sebagai suatu media  penyimpanan vital bagi sistem informasi. Yang berfungsi sebagai tempat untuk  menampung  database atau  lebih  mudah dikatakan  sebagai sumber  data  dan informasi untuk  memperlancar dan mempermudah kerja  dari  sistem informasi.

6. Komponen software 



Software  berfungsi sebagai tempat untuk  mengolah,menghitung  dan memanipulasi data  yang diambil dari hardware untuk menciptakan suatu informasi. 3 

7. Komponen basis data (database)



Basis data (database)  merupakan  kumpulan data  yang saling  berkaitan dan berhubungan  satu dengan yang lain, tersimpan di pernagkat keras komputer dan menggunakan perangkat  lunak  untuk  memanipulasinya.  Data  perlu  disimpan dalam basis data  untuk  keperluan  penyediaan informasi lebih  lanjut. Data  di dalam basis data  perlu  diorganisasikan  sedemikian rupa supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang  baik  juga  berguna  untuk  efisiensi kapasitas penyimpanannya. Basis data  diakses atau  dimanipulasi menggunakan perangkat lunak  paket yang  disebut DBMS  (Database  Management System).

8. Komponen kontrol 
Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam, api, te,peratur, air, debu, kecurangan­kecurangan, kegagalan­kegagalan sistem itu  sendiri, ketidak  efisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk  meyakinkan bahwa hal­hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan­kesalahan dapat langsung cepat diatasi.


B. ELMEN SISTEM INFORMASI





1. Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.

2. Masukan (input)

Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Input atau masukan juga dapat didefinisikan sebagai semua data dan perintah yang dimasukkan ke dalam memori komputer untuk selanjutnya diproses lebih lanjut oleh prosesor. Sebuah perangkat input adalah komponen piranti keras yang memungkinkan user atau pengguna memasukkan data ke dalam komputer, atau bisa juga disebut sebagai unit luar yang digunakan untuk memasukkan data dari luar ke dalam mikroprosesor.

3. Proses

Dalam sistem informasi, pengolahan atau proses berarti mengubah atau mengubah data menjadi output yang berguna. Pengolahan dapat melibatkan membuat perhitungan, membandingkan data dan mengambil tindakan alternatif, dan menyimpan data untuk penggunaan masa depan. Pengolahan data menjadi informasi yang berguna sangat penting dalam pengaturan bisnis. 
Pengolahan dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan komputer. Dalam aplikasi penggajian, jumlah jam setiap karyawan bekerja harus dikonversi. Input lain sering termasuk karyawan nomor ID dan departemen. Pengolahan pertama dapat melibatkan mengalikan jumlah jam kerja dengan tingkat upah per jam karyawan untuk mendapatkan gaji kotor. Jika jam kerja mingguan lebih dari 40, uang lembur mungkin juga disertakan. Kemudian pemotongan misalnya, pajak, iuran asuransi atau tabungan rencana yang dikurangkan dari gaji kotor untuk mendapatkan gaji bersih. 
Setelah perhitungan dan perbandingan yang dilakukan , hasilnya biasanya disimpan .Penyimpanan data yang melibatkan menjaga dan informasi yang tersedia untuk penggunaan masa depan , termasuk output.

4. Keluaran (output)

Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya. Output juga dapat didefinisikan sebagai bentuk data yang telah diproses menjadi bentuk yang dapat digunakan. Artinya komputer memproses data-data yang diinputkan menjadi sebuah informasi. Yang disebut sebagai perangkat output adalah semua komponen piranti keras yang menyampaikan informasi kepada orang-orang yang menggunakannya.

5. Feedback (umpan balik)

Dalam sistem informasi, umpan balik adalah informasi dari sistem yang digunakan untuk membuat perubahan pada kegiatan masukan atau pengolahan. Misalnya, kesalahan atau masalah yang mungkin membuat perlu untuk memperbaiki input data atau mengubah proses. Pertimbangkan contoh penggajian. Mungkin jumlah jam karyawan bekerja dimasukkan sebagai 400 bukan 40.Untungnya, sistem informasi mengecek untuk memastikan bahwa data yang jatuh dalam rentang tertentu. Untuk jumlah jam kerja, kisaran mungkin dari 0 sampai 100 karena tidak mungkin bahwa seorang karyawan akan bekerja lebih dari 100 jam dalam seminggu. Sistem informasi akan menentukan bahwa 400 jam di luar jangkauan dan memberikan umpan balik. Umpan balik ini digunakan untuk memeriksa dan memperbaiki masukan pada jumlah jam kerja sampai 40. Jika tidak terdeteksi, kesalahan ini akan menghasilkan gaji bersih yang sangat tinggi pada gaji yang dicetak

PROSES ELEMEN-ELEMEN SISTEM


Proses Elemen-elemen dalam sistem dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada awalnya, seorang user harus melakukan input data terlebih dahulu agar data tersebut dapat diproses oleh sistem. Kemudian sistem memproses data tersebut sesuai dengan kebutuhan dari user. Hasi output yang diberikan oleh sistem lalu diperlihatkan kepada user, apakah sesuai dengan kebutuhan. Namun, terkadang suatu kesalahan juga dapat terjadi kepada sistem karena beberapa input yang diberikan oleh user mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan sistem untuk memprosesnya. Karena itu dibutuhkan feedback dari user kepada output dari sistem agar dimasa depan kesalahan tersebut dapat dihindari

C. LINGKUNGAN SISTEM

Lingungan sistem informasi yaitu sesuatu yang berada diluar ruang lingkup sistemm informasi yang dapat mempengaruhi sistem informasi, hal ini urut dipertimbangkan pada saat perencanaann sistem informasi.

D. KARAKTERISTIK SISTEM


1. Komponen ( Component) 
berupa subsistem atau bagian dari sistem,

2. Batas sistem ( Boundary )
pemisah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atudengan lingkungan luarnya 

3. Lingkungan luar sistem ( Environments )
segala sesuatu yang berada di luar sistem

4. Penghubung ( Interface )
media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainnya 

5.Masukan ( Input )
Segala sesuatu yang masuk kedalam sistem dan selanjutnya menjadi bahanuntuk diproses

6. Keluaran ( Output )
hasil dari pemrosesan

7. Pengolah ( Process )
Bagian yang merubah masukan menjadi keluaran

8. Sasaran ( Objectives )
menentukan masukan yang dibutuhkan dan keuaran yang dihasilkan sistem

III. SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER




1. CBIS (COMPUTER BASED INFORMATION SYSTEM) 
Sistem informasi berbasis komputer adalah suatu sistem yang dapat mengolah data
menjadi suatu informasi yang jauh lebih bekualitas dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk
mengambil suatu keputusan. CBIS bekerja secara integrasi antar subsistem di dalamnya, yang berarti segala macam data yang diberikan dapat diolah untuk berbagai kebutuhan.

Sistem berbasis komputer adalah sistem yang komponenkomponennya atau subsistem-subsistemnya terdiri dari :
– Orang
– Perangkat Keras (Hardware) komputer
– Perangkat Lunak (Software) komputer
– Basis data
– Prosedur
– Dokumentasi

Fokus utama sistem informasi berbasis komputer adalah untuk aplikasi otomatisasi perkantoran (Office Aotumation /OA).

2. EVOLUSI CBIS (COMPUTER BASED INFORMATION SYSTEM) 



SIA (Sistem Informasi Akutansi) 



SIA adalah aplikasi akuntansi yang digunakan oleh perusahaan untuk mengolah datanya. Peran sebuah SIA dalam sebuah perusahaan bersifat WAJIB karena untuk mengumpulkan berbagai data dan menyimpannya diperlukan suatu sistem. SIA juga berfungsi untuk menghasilkan berbagai laporan akuntansi perusahaan dalam dan juga dapat dijadikan sebagai database untuk memecahkan masalah, seperti saat harus mengerjakan laporan Audit. EDP (Electronic Data Processing) juga merupakan salah satu kegunaan dari SIA, berkat kemampuannya untuk mengolah berbagai data yang sudah ada dalam database menjadi data lain dalam bentuk laporan.


SIM (Sistem Informasi Manajemen)




SIM adalah aplikasi yang digunakan oleh orang dengan level manajemen atau mempunyai beberapa unit lain dibawahnya, seperti perusahaan besar.Informasi yang disediakan oleh SIM berupa sistem suatu perusahaan, baik yang sudah digunakan atau akan digunakan dan menampilkannya dalam berbagai bentuk laporan. Bentuk laporan yang dapat SIM hasilkan berupa laporan periodik atau simulasi matematika, hasil ini dapat digunakan oleh seorang manajer saat dia akan membuat keputusan untuk memecahkan suatu masalah.  SIM dan SIA juga saling berhubungan, SIM menggunakan data yang disediakan oleh SIA untuk melakukan prosesnya.

Raymond McLeod, Jr. & G. Schell
berpendapat bahwa SIM adalah suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa.

SPK (Sistem Pembantu Keputusan) 

SPK merupakan pengembangan dari SIM, karena kemampuan SPK untuk menghasilkan dan memprediksi suatu data yang didapat dari SIA jauh lebih kompleks daripada SIM. Pada dasarnya, SPK dapat memprediksi data yang didapat dimasa depan, jadi seorang manajer dapat menggunakan SPK sebagai suatu acuan dalam menyelesaikan masalah. Walaupun kemampuan SIM juga dapat digunakan seperti SPK, hasil yang diberikan oleh SPK jauh lebih akurat karena menggunakan berbagai model analisis untuk menentukan pilihan.

OA (Office Automation)

Pada jaman sekarang, sudah terdapat sistem yang disebut sebagai Office Automation atau kantor virtual. OA mencakup berbagai sistem yang berada dalam sebuah kantor, baik itu komunikasi antar divisi atau berbagai macam data yang berada dalam sebuah sistem. OA juga dapat digunakan oleh suatu kantor sebagai cara untuk menghemat biaya, karena dengan menggunakan OA, peran pekerja dapat digantikan oleh sebuah komputer. Selain itu, OA juga dapat digunakan sebagai media komunikasi antar manajer untuk menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan email atau video call.

Sistem Pakar (ES)

ES adalah sebuah sistem informasi yang memiliki daya berpikir seperti manusia, dengan kekuatan intelegensia buatan (AI) kemampuan berpikir ES hampir menyerupai seorang manusia. Sistem ini memiliki tujuan untuk mendukung pemecahan masalah dengan tingkat tinggi, seperti konflik antar cabang. Dalam proses pemecahan masalahnya, ES dapat menampilkan setiap langkah yang diambil dan memberikan analisis serta alasan mengapa langkah tersebut digunakan. Selain itu ES juga memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai masalah yang dia hadapi, semakin banyak dan besar masalah yang harus diselesaikan maka semakin tinggi kemampuan ES untuk memberikan solusi.


Sumber :

Barry, E, C. & Marshall, B, R. (1987). Accounting information system and business organization. Boston: Addison Wesley Longman Publishing Co; 4th edition (June 1987)
Kristanto, Andi (2003). Perancangan sistem dan aplikasinya. Jogjakarya: Gava Media. 
Mc.Leod, R. Jr. 1993. Managemen Information system : A Study of Computer Based Information System (ed. Terjemah Indonesia jilid 1-2) USA: Macmillan. 
Mc.Leod, R. Jr. & G. Schell. (2004).Sistem Informasi Manajemen, Prenhallindo, Jakarta.
Ralph, S. (2013). Fudamentals of information sytem. Boston USA : Course Technology
Siagian P, Sondang (2008). Sistem Informasi Managemen. Jakarta: Bumi Aksara.



-Bianda Fedia-
Author: Bianda Fedia Puspitasari
•21.11.00

Pengertian Sistem Informasi Psikologi





Pengertian Sistem


Taufiq (dalam Murphy & Udjulawa, 2013), menjelaskan sistem  merupakan kesatuan elemen yang memiliki keterkaitan.Beberapa elemen dapat digabung menjadi suatu unit, kelompok atau komponen sistem dengan fungsi tertentu. Komponen sistem ini bisa dilihat, dianggap, atau memang dirancang untuk berfungsi mandiri sebagai modul sistem (lepas dari sistem tetapi masih berkaitan dengan sistem pada mana modul ini menginduk).

Pengertian Sistem Menurut Tokoh

Poerwadarminta
Poerwadarminta  
Sistem ialah sekelompok bagian-bagian yang berupa alat dan lain sebagainya, yang berkerja sama untuk melaksanakan tujuan tertentu.
L. James Havery
Sistem ialah suatu prosedur yang rasional dan logis, yang berguna untuk merancang ataupun melakukan suatu rangkaian komponen yang saling berkaitanan satu sama lainnya. 
Henry Prat Fairchild & Eric Kohler 
Mengemukakan sistem sebagai sebuah rangkaian yang saling terkait antar beberapa bagian dari yang terkecil, jika suatu bagian / sub bagian terganggu, maka bagian yang lainnya akan ikut merasakan ketergangguan tersebut. 
Murdick, R. G 
Sistem merupakan seperangkat elemen-elemen yang membentuk suatu kumpulan dari berbagai prosedur atau berbagai bagan pengolahan untuk mencari sebuah tujuan bersama dengan cara mengoperasikan data maupun barang untuk menghasilkan suatu informasi, energi maupun barang.
Anatol Raporot 
Sistem merupakan kumpulan kesatuan & suatu perangkat hubungan antara satu dengan yang lain. 

Pengertian Informasi




Pengertian Informasi Menurut Hanif (dalam Nainggolan, 2014), informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang. Dengan demikian informasi berarti data yang telah diproses, atau data yang memiliki arti. Menurut Jogiyanto (dalam Nainggolan, 2014),, informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi pemakainya.


Pengertian Informasi Menurut Tokoh


Azhar Susanto
menjelaskan  bahwa informasi merupakan hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat tertentu.
Jogianto
dalam bukunya yang berjudul Analisis dan Desain Sistem Informasi, menjelaskan pengertian informasi sebagai data yang diolah menjadi sebuah bentuk yang lebih bermanfaat bagi yang menerima informasi. 
ia juga menjelaskan bahwa
Informasi sebagai hasil dari pengolahan data kedalam bentuk yang lebih bermakna dan bermanfaat bagi penerimanya dan menggambarkan suatu peristiwa – kejadian (event) yang real (fact) yang digunakan untuk mengambil keputusan. 
Raymond Mc.leod 
menjelaskan informasi sebagai data yang diolah menjadi bentuk yang memiliki arti penting bagi penerimanya dan berguna untuk pengambilan keputusan, baik saat itu juga maupun masa yang akan datang. 

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang diolah menjadi informasi yang akan berguna bagi para pemakainya untuk mengambil sebuah keputusan terhadap hal tertentu.

Pengertian Psikologi



Psikologi berasal dari kata psyche artinya jiwa dan logos artinya ilmu pengetahuan. Jadi psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejiwaan atau ilmu jiwa.

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya. 

Pengertian Psikologi Menurut Tokoh



Wundt (dalam Heru Basuki, 2008) 
mengatakan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia. Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa psikologi juga mempelajari tentang kesadaran manusia dalam berbagai hal. 

Branca (dalam Heru Basuki, 2008) 
mengatakan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang manusia. Dari pengertian tersebut kita dapat memahami bahwa psikologi itu adalah ilmu yang berpusat pada manusia, segalanya tentang manusia atau singkat kata Human Centris. 

Plotnik (2005) 
mengatakan bahwa psikologi merupakan studi sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan proses mental. Pengertian diatas memberikan pemahaman bahwa psikologi juga mempelajari secara sistematis atau terstruktur perilaku-perilaku manusia beserta proses mental.
Pengertian Sistem Informasi Psikologi 

Suatu sistem atau tata cara yang merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan data mengenai perilaku terlihat maupun tidak terlihat secara langsung serta proses mental yang terjadi pada manusia sehingga data tersebut dapat diubah menjadi informasi yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu seperti tujuan penelitian

Pengertian Sistem Informasi Psikologi Menurut Tokoh

Chr. Jimmy L. Gaol (2008) 
Sistem informasi psikologi bertujuan mendapatkan pemahaman bagaimana manusia pembuat keputusan merasa dan menggunakan informasi formal.

Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi psikologi merupakan seperangkat elemen-elemen yang membentuk suatu kumpulan dari berbagai prosedur psikologi yang bertujuan menghasilkan berbagai bentuk informasi psikologi yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan tertentu

Azhar ,S. (2008). Sistem Informasi Akuntansi. Bandung: Lingga Jaya.

Heru Basuki, A.M. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma

Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Juju

Murphy,I.B., & Udjulawa, D, (2013). Fasilitas sistem informasi akademik berbasis web untuk SMA negeri oleh PT. XL Axiata, Tbk Palembang. STMIK GI MDP

Nainggolan, R. E. S. (2014). Peranan sistem informasi manajemen (SIM) dalam organisasi. Jurnal Sistem Informasi Teknik Informatika. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Pelita Nusantara

-Bianda Fedia-
Author: Bianda Fedia Puspitasari
•09.51.00
 PSIKOTERAPI

TERAPI BERMAIN


Pengertian Terapi Bermain
Afiyanti, Hartiti, & Samiasih (2007) menjelaskan pengertian terapi bermain yaitu merupakan bentuk-bentuk pengalaman bermain yang direncanakan sebelum anak menghadapi tindakan keperawatan untuk membantu strategi koping mereka terhadap kemarahan, ketakutan, kecemasan, dan mengajarkan kepada mereka tentang tindakan keperawatan yang dilakukan selama hospitalisasi.

Tujuan Terapi Bermain



Tujuan terapi bermain adalah:
  1. Menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka
  2. Memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan mengatasi masalah mereka
  3. Memberi kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru. 
Materi Bermain



Materi bermain dalam terapi bermain dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu : 
  1. Mainan untuk memudahkan ekspresi, Mainan adalah kata-kata anak-anak dan bermain adalah bahasa mereka. Oleh karena itu dalam terapi bermain harus tersedia mainan yang memudahkan anak untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Misalnya keluarga boneka manusia, keluarga boneka binatang, mobil, truk, bis dll2. 
  2. Mainan yang mendorong kreativitas, Beberapa mainan, sudah menjadi sifat dasarnya mendorong kreativitas. Sebuah kotak di pojok bisa menjadi rumah. Contoh lain seperti krayon, malam, kertas lipat, balok kayu dll. 
  3. Mainan untuk menyalurkan emosi, Anak dapat menggunakan cat, pasir, tanah liat untuk menyalurkan perasaannya yang kuat dimana dia tidak berani mengkomunikasikan dengan lebih terbuka.
  4. Mainan yang dapat mengekspresikan sifat agresi, Mainan senjata, pisau karet, pedang plastik, perisai dari kayu, palu, catut menggambarkan kepada anak suatu arti yang mengekspresikan permusuhan dan agresif. Menembak, menusuk, memukul, dan meninju dengan keras adalah ekspresi simbolik dari kemarahan, dan jika diberi kebebasan  bermain akan memberikan terapeutik katarsis, konsentrasi dan koordinasi.  
Teknik Terapi Bermain 

1. Permainan boneka 



Boneka memberikan suatu cara yang tidak mengancam untuk anak-anak bermain di luar pikiran dan perasaan mereka. Selama bermain dengan boneka anak-anak melakukan beberapa hal seperti berikut ini :
  • Mengidentifikasikan diri dengan boneka
  • Memproyeksikan perasaan sendiri dalam figur permainan
  • Memindahkan konfliknya dalam figur permainan 
Dalam permainan boneka, terapis mendapatkan informasi tentang :
  • Pandangan pikiran anak
  • Perasaan anak
  • Tingkah laku anak
Boneka dalam terapi bermain meliputi ;
  • Boneka bayi yang berukuran seperti bayi
  • Boneka yang secara anatomi benar, baik laki-laki maupun perempuan
  • Keluarga boneka
  • Binatang dari kain
  • Boneka manusia dari berbagai ras dan suku bangsa (Jawa, Batak,Papua, America, africa dll)
  • Perlengkapan boneka seperti rumah, baju, tempat tidur dll

2. Permainan Boneka Wayang



Gerakan wayang atau boneka memungkinkan anak menceritakan ceritera- ceritera yang kaya dalam bentuk simbol dan untuk menciptakan fantasi-fantasi mereka. Manfaat permainan boneka wayang : 
  • Melalu gerakan boneka, anak dapat menghadapi pikiran dan perasaan yang sulit untuk mereka akui sebagai diri sendiri. 
  • Dengan menggunakan boneka, anak dapat menciptakan orang lain dan berinteraksi serta mengungkapkan pikiran dan perasaannya sekaligus kemarahannya yang dalam kehidupan nyata tidak bisa dilakukannya.
  • Anak-anak juga dapat menciptakan tokoh yang tidak bisa diungkapkannya sendiri Permainan dengan boneka dapat merupakan kegiatan kelompok yang menarik dan dapat digunakan dengan kelompok anak-anak yang kebih besar atau kecil, terutama dalam lingkungan sekolah. Dengan bermain boneka dalam kelompok, membuat anak saling menghargai sudut pandang orang 
3. Bercerita



Secara psikologis membaca atau bercerita merupakan salah satu bentuk bermain yang paling sehat. Kebanyakan anak kecil lebih menyukai cerita tentang orang dan hewan yang dikenalnya. Selain itu karena anak kecil cenderung egosentrik mereka memyukai ceritera yang berpusat pada dirinya. Mula-mula anak-anak suka cerita imajinatif yang khayal kemudian seiring dengan berkembangnya kecerdasan dan pengalaman sekolah anak yang lebih besar menjadi realistik, dan minatnya pun beralih ke cerita petualangan, kekerasan, kemewahan dan cinta serta pendidikan. Menceritakan cerita memberikan cara yang menyenangkan untuk mengembangkan rapport dan belajar tentang anak. Ketika anak menceritakan cerita mereka, mereka mengkomunikasikan informasi penting tentang diri mereka sendiri dan keluarga mereka sambil belajar mengekspresikan dan menguasai perasaan mereka. Dengan mendengarkan cerita anak, terapis dapat memahami  lebih baik pertahanan diri anak, konflik anak, dan dinamika keluarga anak.

4.  Bermain Bermain 

selama masa kanak-kanak mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan permainan remaja dan orang dewasa. Permainan anak kecil bersifat spontan dan informal. Secara bertahap bermain menjadi semakin formal. Dengan berkembangnya kemampuan berpikir anak, anak mulai mengembangkan permaianan dengan aturan. Permainan individu dan kelompok membantu anak belajar bagaimana membagi kelompok dan bermain dengan aturan. Permainan mengajar anak tentang mendisiplin diri, serta belajar untuk menang dan kalah. Permainan yang diterapkan untuk terapi bermain dapat dimainkan sendiri maupun berkelompok.

5.  Bermain pasir 



Anak-anak suka bermain pasir. Dengan adanya terapi bermain menggunakan pasir anak- anak diberikan kegembiraan, rileks dan merupakan medium terapeutik. Selama di dalam kamar bermain anak bebas bermain dalam pasir dan banyak menggunakan miniatur yang tersedia seperti yang diinginkan. Selama proses bermain pasir, anak memutuskan apa yang akan dibuat, figur apa yang akan digunakan, dan bagaimana menggunakannya. Anak bebas membuat adegan, membuat pemandangan atau apa saja sebagaicara melukiskan pengalaman di mana mereka tidak dapat menceritakan dengan kata-kata. Dengan mengobservasi anak saat bermain pasir, terapis mendapat informasi tentang pikiran, perasaan dan tingkah laku anak. Permainan pasir juga sering menyangkut simbol- simbol yang mempunyai arti khusus.

Unsur-Unsur Terapi bermain 
  1. Melepas ketegangan-ketegangan yang menghimpit hatinya.
  2. Melatih keterampilan melalui panca inderanya atau sensormotorik.
  3. Dilakukan dengan gembira, bahagia dengan fantasinya dapat berkembang.
  4. Kebebasan memilih dan menentukan alat bermainnya.
  5. Membantu melancarkan dan mengembangkan fungsi faal tubuhnya (fisiologi), misal : pernafasan, peredaran darah dan pencernaan makanan (psikomotorik).
  6. Mampu mengembangkan kemampuan diri anak semaksimal mungkin sesuai dengan prestasi dirinya.
Proses Terapeutik Bermain

1. Pelaksanaan Sesi Terapi Bermain
  • Pembuatan rancangan treatmen
  • Pelaksanaan treatmen
  • Evaluasi treatmen
2. Pendekatan Terpadu Dalam Proses Terapi Bermain
  • Relating
  • Releasing
  • Re-creating
  • Reexperiencing
  • Resolving
3. Bermain di kontrol VS bermain bebas

Menurut Levy mengontrol mainan dengan menyeleksi mainan-mainan tertentu dapat digunakan untuk memecahkan konflik- konfliknya. Namun, Axline dan Moustakas berpegang pada anak boleh memilih mainannya secara bebas. Mereka mengatur ruangan dengan cara yang sama untuk semua anak. Menurut pendapat mereka memilih mainan secara spontan mengurangi kepalsuan. Baik bermain di kontrol maupun bermain bebas memiliki keunggulan tersendiri untuk membantu anak memecahkan masalahnya.  


Daftar pustaka

Afiyanti. D., Hartiti. T., & Samiasih. A. (2007). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Selama Tindakan Keperawatan di Ruang Lukman Rumah SakitRoemani Semarang :Jurnal Keperawatan Vol. 1 No. 1. Semarang : Universitas Muhammadiyah. 

Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2005. Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia  

Hurlock, Elizabeth B. 1995. Perkembangan Anak Jilid 1. Alih bahasa : Med. Meitasari T. dan Muslichah Zarkasih. Jakarta : Erlangga.   

Landreth, Garry L. 2001. Innovations In Play Therapy. Taylor & Francis Group.

Mc.Mahon, Linnet. The Handbook of Play Therapy. London and New York

-Bianda Fedia-
Author: Bianda Fedia Puspitasari
•08.44.00
PSIKOTERAPI

TERAPI ANALISIS TRANSAKSIONAL


Terapi analisis transaksional pertama kali diperkenalkan oleh Eric Berne. Eric memiliki nama lengkap Eric Lennard Bernstein, lahir pada taanggal 10 Mei 1910 di Montreal, Canada. Ia adalah satu tokoh humanis.

Teori Berne di kenal dengan Analisis Transaksional (AT) Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Transaksional maksudnya ialah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk, cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang mengalami masalah atau tidak. Analisis Transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses konseling. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.


Tujuan Terapi

Analisis transaksional sebenarnya ber­tujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-­siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan). Tujuan lainnya dari Analisis Transaksional adalah membantu klien dalam membuat keputusan-keputusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalan memilih telah dibatasi oleh keputusan-keputusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara-cara hidup yang tidak jelas dan determinstik. Inti dari konseling adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang menipu dan oleh alur-alur hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang ditandai oleh kesadaran, spontanitas, dan keakraban.

Sikap dasar ego yang mengacu pada 



1. sikap orangtua (Parent= P. exteropsychic); 
2. sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic); dan 
3. ego anak (Child = C, arheopsychic). 

Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang (baik dewasa, anak-anak, maupun orangtua)

.
Empat cara mengetahui sikap ego yang dimiliki setiap orang

1. Melihat tingkah laku nonverbal maupun verbal yang digunakannya. Tingkah laku non­verbal tersebut pada umumnya sama namun dapat dibedakan kode-kode simbolnya pada setiap orang sesuai dengan budaya yang melingkupinya.

2. Mengamati bagaimana sikap seseorang ketika bergaul dengan orang lain. Dominasi satu sikap dapat dilihat kalau Pulan sangat menggurui orang lain maka Pulan sangat dikuasai oleh P dalam hal ini critical parent.

3. Mengingat kembali keadaan dirinya sewaktu masih kecil; hal demikian dapat terlihat misalnya dalam ungkapan : buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

4. Mengecek perasaan diri sendiri, perasaan setiap orang muncul pada konteks, tempat tertentu yang sangat mempengaruhi apakah lebih banyak sikap orang tua, dewasa, ataupun anak-anak sangat menguasai mempengaruhi seorang.

Tiga jenis transaksi antarpribadi 



berne menjelaskan terdapat tigas jenis transaksi antarpribadi yaitu: 1) transaksi komplementer, 2) transaksi silang, dan 3) transaksi ter­sembunyi.  


  • Transaksi komplementer 


Jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antarpribadi karena ter­jadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda. Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa. Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak. Komunikasi antarpribadi dapat dilanjutkan manakala terjadi tran­saksi yang bersifat komplementer karena di antara mereka dapat memahami pesan yang sama dalam suatu makna. 
  • Transaksi silang 


Terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator tidak mendapat respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antarpribadi karena kesalahan dalam memberikan makna pesan. Komunikator tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalah­pahaman sehingga kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan lain.
  • Transaksi ter­sembunyi 


Jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain oleh si penerima. Bentuk-bentuk transaksi tersembunyi bisa terjadi jika ada 3 atau 4 sikap dasar dari mereka yang terlibat dalam komunikasi antar­pribadi namun yang diungkapkan hanya 2 sikap saja sedangkan 1 atau 2 lainnya ter­sembunyi. Transaksi tersembunyi 1 segi (angular) yaitu jika terjadi 3 sikap dasar sedangkan yang lainnya di­sembunyikan. Kalau yang terjadi ada 4 sikap dasar dan yang disembunyikan 2 sikap dasar disebut dengan dupleks.


Berne juga mengajukan rekomendasinya untuk posisi dasar seseorang jika berkomunikasi antarpribadi secara efektif dengan orang lain. Ada empat posisi yaitu : 


  1. Saya OK, kamu OK (I’m OK., you’re OK)
  2. Saya OK, kamu tidak OK (I’m OK, you’re not OK)
  3. Saya tidak OK, kamu OK (I’m not OK, yo/ire OK)
  4. Saya tidak OK, kamu tidak OK (I’m not OK, you’re not OK).
Teknik Analisis Transaksional


1. Analisis Struktur (Structural Analysis) 

Analisis struktur sebagai alat yang dapat membantu klien agar menjadi sadar atas isi dan fungsi ego orang tua, dewasa, dan anak yang dimilikinya. Analisis struktural membantu klien dalam mengubah pola-pola yang dirasakan menghambat masa depan. Ia juga membantu dalam menemukan perwakilan ego yang mana menjadi landasan tingkah lakunya. Dengan hal tersebut maka, klien bisa memperhitungkan pilihan-pilihannya dengan benar. 

2. Analisis Transaksional 

Pemahaman ketiga status ego tersebut merupakan hal yang penting dalam rangka melangkah ke tahap yang selanjutnya , yaitu analisis transaksional. Analisis transaksional pada dasarnya merupakan suatu penjabaran atas suatu analisis yang dilakukan oleh orang-orang satu sama lain. Orang-orang yang melibatkan suatu transaksi di antara perwakilan-perwakilan ego mereka. Ketika pesan disampaikan, diharapkan ada suatu respon. Dalam hal ini yang terpenting bagi konselor adalah mampu untuk menaganalisis status ego yang ada, dan status ego manakah yang memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan. Dalam menganalisis, tidak cukup hanya lewat pernyataan-pernyataannya saja, melainkan juga dengan secara non-verbal, misalnya dengan sikap tubuh, mimik muka, nada suara, dan tindak tanduknya dalam berinteraksi.

3. Analisis Mainan Game menurut Eric Berne merupakan suatu rangkaian transaksi tersembunyi yang berulang menuju pada hasil psikologis yang nyatanya dapat diduga sebelumnya. Suatu game memilki tiga unsur penting, yaitu : 
  • Transaksi yang tampaknya berjalan seperti biasa dapat terlihat seakan-akan transaksi berlangsung secara wajar.
  • Dalam transakasi tampak ada suatu maksud yang tersembunyi.
  • Adanya imbalan. Peranan konselor dalam analisis game yaitu apabila klien benar-benar termotivasi untuk memperbaiki sikap, sifat, maupun kebisaaan yang dirasakan perlu untuk diperbaiki dan memerlukan bantuan dari konselor. 

4. Analisis Naskah

Analisis Naskah merupakan langkah terakhir dari suatu tata laksana pendekatan konseling dengan berorientasi pada Analisis transaksional. Analisis naskah terjadi sejak masa bayi masih dalam masa asuhan orang tuanya. Di mana pada masa itu terjadi bentuk transaksi antara orang tua dengan anak-anaknya. Lama-lama dengan terjadinya transaksi antara anak dan orang tua terbentuklah suatu tujuan hidup atau rencana hidup yang dalam istilah analisis transaksional disebut script. Segi positif dari naskah merupakan naskah tersebut bisa diubah, karena naskah tersebut terjadi dengan adanya proses learned atau sesuatu yang dibiasakan dan bukan karena faktor pembawaan.

Daftar Pustaka

http://indryawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24016/9+Terapi+Transaksional.ppt
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Sugiyanto,%20M.Pd./14.%20Bahan%20Ajar%2010%20konseling%20eric%20berne.PDF
Author: Bianda Fedia Puspitasari
•08.18.00
PSIKOTERAPI

LOGOTERAPI



Tokoh dari logoterapi adalah Viktor Emil Frankl. Viktor Emil Frankl, M.D., Ph.D.,  adalah seorang neurolog dan psikiater Austria serta korban Holocaust yang selamat . Frankl adalah pendiri logoterapi dan Analisis Eksistensial, "Aliran Wina Ketiga" dalam psikoterapi. Bukunya, Man's Search for Meaning (pertama kali terbit pada 1946) mencatat pengalamannya sebagai seorang tahanan kamp konsentrasi dan menguraikan metode psikoterapisnya dalam upaya mencari makna dalam segala bentuk keberadaan, bahkan yang paling kelam sekalipun, dan dengan demikian juga alas an untuk tetap hidup. Frankl adalah salah satu tokoh utama dalam terapi eksistensial.

Viktor Emil menekankan pentingnya kemauan akan arti manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri kemudian manusia harus mencoba untuk memenuhinya. Menurut Frank, kehidupan mempunyai makna dan harus dijalani. Prinsip utama dari logoterapi ini adalah mencari makna dalam hidup. Sedangkan konsep dasar logoterapi adalah kebebasan, berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup. Logoterapi mempunyai arti, yaitu kata logo (bahasa Yunani = lohos), yang berarti makna dan juga rohani. Sedangkan terapi (bahasa Inggris = therapy) yang memiliki arti penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit. Jadi dapat disimpulkan bahwa logoterapi adalah penggunaan teknik-teknik menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup.



Logoterapi adalah untuk bentuk psikoterapinya yang didasarkan upaya memfokuskan klien kepada sebuah pengenalan dan penerimaan dirinya sendiri dengan cara-cara bermakna sebagai bagian dari suatu totalitas, termasuk dunia nyata yang di dalamnya mereka harus berfungsi. Pendekatan Viktor E. Frankl menyatukan elemen-elemen psikologi dinamik, eksistensialisme dan behaviorisme.

Tujuan Logoterapi



Logoterapi bertujuan agar pasien dapat menemukan makna hidup dari kehidupannya sehingga bisa terbebas dari masalah-masalah. Tujuan logoterapi lainnya adalah sebagai berikut:
  1. Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang ada pada setiap orang tanpa dipengaruhi ras, keyakinan, dan agama.
  2. Menyadari sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat, diabaikan, dan terlupakan.
  3. Memanfaatkan daya tersebut untuk bangkit dari penderitaan untuk mampu menemukan makna dan menghadapi berbagai rintangan di kehidupan setelahnya.
Peran Terapis


Terapis memiliki peranan penting dalam logoterapi ia harus mampu mengalami secara subjektif persepsi tentang dunianya. Dia juga harus aktif dalam proses terapeutik untuk memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa dan kecemasan-kecemasan. Terapis terlibat dalam pembukaan pintu diri sendiri maksudnya adalah terapis mampu melepaskan pemikiran, masalah yang membuat pasien merasa tidak bebas secara psikologis. Dengan begitu, pasien akan lebih sadar tentang siapa dirinya dan apa yang harus dia lakukan di masa depannya. peran lainnya adalah 
  1. Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah antara klien dan terapis
  2. Mengendalikan filsafat pribadi
  3. Terapis bukan guru atau pengkhotbah
  4. Memberi makna lagi pada kehidupan klien
  5. Memberi makna lagi pada penderitaan yang dihadapi klien
  6. Menekankan makna kerja
  7. Menekankan makna cinta
Langkah Konseling Dalam Logoterapi



a. Mengambil jarak atas gejala
konselor membantu menyadarkan klien bahwa kondisi yang dialaminya dapat dikendalikan. 

b. Modifikasi Sikap
dimana konselor membantu klien untuk mendapat pandangan baru tentang diri dan kondisinya. Kemudian individu menentukan sikap agar klien bisa menentukan arah dan tujuan hidupnnya. 

c. Pengurangan gejala
konselor menggunakan terapi ini untuk bisa menghilangkan dan mengendalikan gejala pada subjek. 

d. Orientasi terhadap makna
disini konselor dan klien bersama-sama membahas tentang nilai-nilai dan makna hidup yang secara potensial ada dalam kehidupan subjek, memperdalam dan menjabarkan menjadi tujuan yang lebih jelas.

  • Karakteristik konseling logoterapi adalah jangka pendek, berorientasi masa depan dan berorientasi pada makna hidup. 
  • Konseling logoterapi dapat dilakukan secara fleksibel yaitu direktif atau non direktif dan tidak terpaku dalam tahapan pelaksanaannya. 
  • Konseling logoterapi diberikan kepada klien karena saat klien konseling mengalami ketidakjelasan makna dan tujuan hidup. Ini menyebabkan klien mengalami kehampaan dan kehilangan gairah hidup.

Teknik Terapi 

1. Teknik Intensi Pradoksal 

Teknik ini mampu menyelesaikan kecemasan yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hipertensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti. Dengan kata lain, jika takut akan sesuatu, ketakutan itu harus dihadapi. Contohnya insomnia, seseorang yang insomnia tidak seharusnya berbaring di tempat tidur, tetapi justru harus berusaha untuk tidak tidur selama mungkin, setelah itu baru ada sesuatu yang mendorong seseorang yang insomnia untuk tidur. 

2. Teknik De-Refleksi 

Teknik ini mempecayai bahwa persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan cara mengalihkan perhatian pada orang lain, maka persoalan dalam diri sendiri akan hilang. Contohnya ketika seseorang merasa tidak puas secara seksual dengan pasangannya, maka yang harus dilakukan adalah memuaskan pasangannya tanpa memperdulikan kepuasan diri sendiri, maka persoalan di dirinya akan terselesaikan.

Daftar Pustaka

Suprapto, Hana. (2013). Konseling Logoterapi untuk Meningkatkan Kebermaknaan Hidup Lansia. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi Vol 1 (2) 190-198.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195901101984032-EUIS_FARIDA/makalah_logoterapi_bk_keluarga.pdfhttp://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/26405/Materi+10+-+TeoriKepribadianEmilFrankl.pdf

Corey, G. (1995). Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. “Cetakan Pertama terjemahan Mulyarto”. Semarang : IKIP Semarang Press 

Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta : Kanisius.

Author: Bianda Fedia Puspitasari
•07.21.00
PSIKOTERAPI

PERSON CENTERED THERAPY



Person centered thrapy atau dalam bahasa indonesia terapi berpusat pribadi yang dikembangkan oleh psikolog humanistis Carl R. Rogers. Ia memiliki pandangan dasar tentang manusia, yaitu bahwa pada dasarnya manusia itu bersifat positif, makhluk yang optimis, penuh harapan, aktif, bertanggung jawab, memiliki potensi kreatif, bebas (tidak terikat oleh masa lalu), dan berorientasi ke masa yang akan datang dan selalu berusaha untuk melakukan self fullfillment (memenuhi kebutuhan dirinya sendiri untuk bisa beraktualisasi diri). Menurut Roger konsep inti terapi person centered adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.

Carl Rogers sendiri adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered).Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun.Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat.Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.



Terapi berpusan pribadi adalah terapi yang berpusat pada pribadi/pasien atau terapi nondirektif. Nondirektif artinya adalah pasien sendiri yang memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis hanya memantulkan Tokoh dalam terapi ini yaitu Carl Roger. Awalnya digunakan pada tahun 1942. Carl Rogers berpendapat bahwa orang-orang memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Gangguan psikologis terjadi karena orang lain menghambat individu untuk mencapai aktualisasi diri. 

Konsep utama terapi yang berpusan pada pribadi ini pada hakekatnya manusia mempunyai tujuan tertentu dan berkembang maju ke depan. Organisme bersifat konstruksif, realistic, progresif, dapat dipercayai dan secara kodrat alamiah memiliki potensi untuk berkembang. Aspek-aspek negative yang terjadi pada seseorang seperti irrasional, anti sosial, egoistis, kejam, distruktif, kurang matang dan regresif disebabkan karena kehidupannya tidak selaras dengan kodrat alamiahnya atau dengan kata lain konsep diri sebenarnya tidak selaras dengan konsep diri idealnya.

Teknik Person Centered Thraphy



1. Menerima 

Terapis menerima klien dengan respek atau tertarik tanpa menilai atau menghakiminya baik itu secara positif atau negatif. klien dihargai dan diterima tanpa syarat. Dengan sikap ini terapis memberi kepercayaan sepenuhnya kepada kemampuan klien untuk meningkatkan pemahaman dirinya dan perubahan yang positif. 

2. Keselarasan (congruence) 

Terapis dikatakan selaras dalam pengertian bahwa tidak ada kontradiksi antara apa yang dilakukannya dan apa yang dikatakannya. 

3. Pemahaman. 

Terapis mampu melihat klien dalam cara empatik yang akurat. Dia memiliki pemahaman konotatif dan juga kognitif. 

4. Mampu mengkomunikasikan sifat-sifat khas ini 

Terapis mampu mengkomunikasikan penerimaan, keselarasan dan pemahaman kepada klien sedemikian rupa sehingga membuat perasaan-perasaan terapis jelas bagi klien. 

5. Hubungan yang membawa akibat 

Suatu hubungan yang bersifat mendukung (supportive relationship), yang aman dan bebas dari ancaman akan muncul dari teknik-teknik Tersebut.

Syarat dalam proses terapi 



terapis harus memenuhi beberapa syarat dalam menjalani proses terapi, syarat-syarat tersebut diantaranya adalah : 

  1. Terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri 
  2. Terapis mengakui bahwa pasien memiliki dorongan yang kuat dalam dirinya sendiri untuk mengarah pada kematangan dan independensi 
  3. Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana pasien dapat mengungkapkan atau juga tidak mengungkapkan apa saja yang ia inginkan 
  4. Membatasi tingkah laku (misalnya psien mengungkapkan keinginannya untuk memperpanjang pertemuan melampaui batas waktu yang disetujui, tetapi terapis tetap mempertahankan jadwal semula) 
  5. Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan pemahaman terhadap apa yang diungkapkan pasien
  6. Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberi penafsiran, menasihatkan, mengajarkan, membujuk, dan meyakinkan kembali. 
Peran lainnya yang harus dilakukan terapis pada terapi berpusat pada pribadi adalah

  1. Terapis tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan terapi tetapi itu dilakukan oleh klien sendiri. 
  2. Terapis merefleksikan perasaan-perasaan klien sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien. 
  3. Terapis menerima individu dengan sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun. 
  4. Terapis memberi kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.

Ciri Person Centered Thraphy



  1. Perhatian diarahkan pada pribadi bukan pada masalah. Tujuannya bukan untuk pemecahan masalah tapi membuat individu itu tumbuh untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri baik masalah sekarang atau yang akan datang dengan cara yang tepat dan sesuai dengan apa yang diinginkan.
  2. Penekanan lebih kepada faktor emosi daripada intelektual karena perbuatan lebih banyak dipengaruhi emosi daripada pikiran dari dalam diri.
  3. Memberi tekanan yang lebih besar pada keadaan yang dialami sekarang bukan di masa lalu karena pola emosi sekarang sama saja dengan pola emosi yang lalu dan berdampak pada individu itu sendiri.
  4. Penekanan pada hubungan terapeutik. Pengalaman tumbuh dari hubungan terapeutik itu sendiri sehingga individu belajar memahami diri sendiri, membuat keputusan, dan bisa berhubungan dengan orang lain secara lebih dewasa dan lebih luas.
Daftar Pustaka


Gunarsa, S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 1. Jakarta: Kanisius
Author: Bianda Fedia Puspitasari
•06.43.00
PSIKOTERAPI

TERAPI HUMANISTIK EKSISTENSIAL



Teori eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam. Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang melandasiterapi. Pendekatan atau teori eksistensian-humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.

tokoh yang berkaitan dengan terapi ini adalah Abraham Maslow.Maslow menyebutnya sebagai teori holistic-dinamis karena teori ini menganggap bahwa keseluruhan dari seseorang termotivasi oleh satu atau lebih kebutuhan dan orang memiliki potensi untuk tumbuh menuju kesehatan psikologis yaitu aktualisasi diri. Untuk memnuhi aktualisasi diri, ada beberapa kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan akan lapar, keamanan, cinta, dan harga diri. Setelah itu semua terpenuhi, maka seseorang bisa mencapai aktualisasi diri.



Abraham Maslow adalah teoretikus yang banyak memberi inspirasi dalam teori kepribadian.Ia juga seorang psikolog yang berasal dari Amerika dan menjadi seorang pelopor aliran psikologi humanistik. Ia terkenal dengan teorinya tentang hierarki kebutuhan manusia. 

Hierarki Kebutuhan Manusia menurut Abraham Maslow

Maslow, beranggapan bahwa tujuan terapi ini adalah agar klien dapat memiliki nilai-nilai kehidupan seperti menghargai kejujuran, keadilan, kebaikan, kesederhanaan, dan lain sebagainya. Maka dari itu, klien harus terbebas dari ketergantungan mereka terhadap orang lain sehingga keinginan alami mereka dapat aktif. Sebagian besar orang yang mencari terapi telah memenuhi dua kebutuhan di level rendah, tetapi sulit memnuhi kebutuhan cinta dan keberadaan. Karena itu, psikoterapi sebagian besarnya merupakan proses interpersonal yang hangat dan penuh kasih antara klien dan terapis. Setelah itu terpenuhi, maka klien dapat memenuhi rasa percaya diri dan penghargaan diri. Oleh karena itu hubungan interpersonal antara klien dan terapis merupakan obat psikologis yang terbaik.

Konsep Terapi Humanistik - Eksistensial



1. Kesadaran diri 

Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia dapat berpikir dan memutuskan. Kesadaran diri membedakan manusia dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Pada hakikatnya semakin tinggi kesadaran seseorang maka semakin dia hidup sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia. Peningkatan kesadaran diri yang mencakup kesadaran atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, faktor-faktor yang membentuk pribadi, dan atas tujuan-tujuan pribadi.

2. Kebebasan, 

tanggung jawab dan kecemasan Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi bagian dasar bagi manusia. Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia yang dimana merupakan sesuatu yang patologis, sebab dia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan kepribadian.

3. Penciptaan makna 

Manusia itu unik, dalam arti lain bahwa selalu berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas diri. Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional dan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

Sedangkan tujuan menurut Gerald Corey yaitu : Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik. Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya. Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri.

Client-Centered Therapy



Salah satu pendekatan humanistik adalah Terapi yang berpusat pada klien atau bisa disebut Client-Centered Therapy. Client-Centered Therapy atau disebut Person Centered Therapy adalah terapi yang dikembangkan oleh Carl Rogers pada tahun 1902-1987 dimana terapi ini didasarkan kepada asumsi bahwa klien merupakan ahli yang paling baik bagi dirinya sendiri dan merupakan orang yang mampu untuk memcahkan masalahnya sendiri. Rogers mengatakan terapis tidak boleh memaksa tujuan atau nilai yang dimilikinya kepada pasien. Tujuan dari terapi ini adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi pribadi yang dapat berfungsi penuh. Agar tujuan terapis tercapai maka terapis harus mengusahakan agar klien bisa menjadi dirinya sendiri.

Tujuan Terapi Humanistik - Eksistensial


Gerald Corey dalam bukunya yang berjudul Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi menjelaskan tujuan dari terapo humanistik -eksistensial diantaranya yaitu : 
  • Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik.
  • Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
  • Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri.

Tujuan lainnya adalah sebagai berikut

  • Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan hidup manusia.
  • Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi pada diri seseorang. 
  • Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban kekuatan-kekuatan deterministik di luar dirinya sendiri.
  • Membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran dirinya.
  • Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupannya sendiri.
Teknik Terapi Humanistik Eksistensial

  1. Penerimaan
  2. Rasa hormat 
  3. Pemahaman
  4. Menentramkan hati 
  5. Pertanyaan terbatas 
  6. Memantulkan pertanyaan dan perasaan


Peran dan Fungsi Terapis 

Terapis di dalam terapi humanistik eksistensial memiliki tugas yang paling utama, yaitu berusaha agar dapat mengerti pasien sebagai sesuatu yang ada di dalam dunia. Dimana tekhnik yang digunakan selalu mendahului suatu pengertian yang mendalam terhadap pasiennya. Prosedur yang digunakan bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu ke klien yang lain tapi juga dari satu fase ke fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama. fungsi lainnya adalah sebagai berikut:
  • Memahami dunia klien dan membantu klien untuk berfikir dan mengambil keputusan atas pilihannya yang sesuai dengan keadaan sekarang
  • Mengembangkan kesadaran, keinsafan tentang keberadaannya sekarang agar klien memahami dirinya bahwa manusia memiliki keputusan diri sendiri. 
  • Sebagai fasilitator memberi dorongan dan motivasi agar klien mampu memahami dirinya dan bertanggung jawab menghadapi reality. 
  • Membentuk kesempatan seluas – luasnya kepada klien, bahwa putusan akhir pilihannya terletak ditangan klien.



Daftar Pustaka

Corey, Gerald.(2011). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama. Semiun,Yustinus.(2006). Kesehatan mental 3. Kanisius: Yogyakarta 
Feist, Jess dan Feist, Gregory. (2010). Teori Kepribadian. New York: Salemba Humanika