Author: Bianda Fedia Puspitasari
•11.15.00
Untuk para penggemar Trilogy The Lord Of The Ring mungkin postingan saya kali ini sudah tidak asing lagi .  kali ini saya ingin membahas sebuah lagu "Beren And Luthien" lagu ini  mengkisahkan seorang peri yang cantik jelita bernama Luthien yang bertemu dengan seorang manusia bernama Beren, lagu ini di karang oleh seorang novelis yang sangat terkenal J. R. R. Tolkien.

J.R.R. Tolkien
Ia terinspirasi menulis lirik lagu ini ketika ia dan istrinya (Edith Mary Bratt) pergi berjalan-jalan ke hutan di dekat Roos dan di sanalah edith menari untuknya di sebuah semak hemlock yang lebat,Tolkien seringkali menyebut Edith sebagai Lúthien-nya. bahkan ketika Edith Tolkien meninggal dunia pada 29 November 1971, pada usia 82 tahun, dan Tolkien meminta agar nama Lúthien diukirkan pada batu nisan di Pemakaman Wolvercote, Oxford. Ketika Tolkien meninggal dunia 21 bulan berikutnya pada 2 September 1973, pada uisa 81, ia dikuburkan di liang yang sama, dengan nama Beren ditambahkan kepada namanya, sehingga ukirannya kini berbunyi: Edith Mary Tolkien, Lúthien, 1889–1971 John Ronald Reuel Tolkien, Beren, 1892–1973.



Tolkien memasukan lirik lagunya ini kedalam novelnya yang berjudul The Lord Of The Ring : The Fellowship Of The Ring. berikut adalah lirik dari lagu tersebut


The leaves were long, the grass was green,
The hemlock-umbels tall and fair,
And in the glade a light was seen
Of stars in shadow shimmering.
Tinuviel was dancing there
To music of a pipe unseen,
And light of stars was in her hair,
And in her raiment glimmering.

Dedaunan panjang, rumput hijau,
Tinggi indah pepohonan cemara,
Dan di padang tampak cahaya kemilau
Bintang-bintang berkelip di keremangan
Tinuviel menari di sana
Diiringi nada suling indah memukau,
Cahaya bintang gemerlap di rambutnya,
Pun di pakaiannya berkilauan.

  

There Beren came from mountains cold,
And lost he wandered under leaves,
And where the Elven-river rolled
He walked alone and sorrowing.
He peered between the hemlock-leaves
And saw in wander flowers of gold
Upon her mantle and her sleeves,
And her hair like shadow following.


Datang Beren dari pegunungan dingin nan sepi,
Di bawah dedaunan tersesat mengembara,
Menyusuri sepanjang tepi Sungai Peri
Melangkah sendiri, dicekam kepedihan.
Mengintip di antara ranting-ranting cemara
Terpesona oleh bunga-bunga emas indah tak terperi
Pada jubah dan lengan si gadis jelita,
Dan rambutnya yang terurai, sekelam bayangan.

Enchantment healed his weary feet
That over hills were doomed to roam;
And forth he hastened, strong and fleet,
And grasped at moonbeams glistening.
Through woven woods in Elvenhome
She tightly fled on dancing feet,
And left him lonely still to roam
In the silent forest listening.

Terpesona ia oleh pemandangan itu
Kakinya yang letih seketika pulih;
Kuat dan tangkas, ia bergegas maju,
Menggapai alur-alur sinar bulan kemilau.
Di rimba belantara hutan Peri
Tinuviel lari dengan kaki-kaki lincah berpacu,
Dan tinggallah Beren mengembara sendiri
Di belantara sepi, mendengarkan terpukau.


He heard there oft the flying sound
Of feet as light as linden-leaves,
Or music welling underground,
In hidden hollows quavering.
Now withered lay the hemlock-sheaves,
And one by one with sighing sound
Whispering fell the beechen leaves
In the wintry woodland wavering.

Sering ia dengar tapak-tapak lincah
Kaki-kaki ringan bagai tanpa suara,
Atau musik yang memancar di bawah tanah,
Tersembunyi bergetar di liang-liang.
Kini layu tergeletak berkas-berkas cemara,
Berguguran satu per satu sambil mendesah
Daun-daun beech ikut berjatuhan pula
Di hutan musim dingin melayang-layang.


He sought her ever, wandering far
Where leaves of years were thickly strewn,
By light of moon and ray of star
In frosty heavens shivering.
Her mantle glinted in the moon,
As on a hill-top high and far
She danced, and at her feet was strewn
A mist of silver quivering.

Beren slalu mencari si gadis Peri
Di hamparan tebal daun-daun berguguran,
Di bawah cahaya bulan dan bintang yang berseri
Di angkasa dingin dan berembun beku.
Jubah Tinuviel gemerlap di bawah sinar rembulan,
Seperti di puncak bukit nan jauh dan tinggi
Ia menari, dan di kakinya bertaburan
Kabut perak yang gemetar malu-malu.

When winter passed, she came again,
And her song released the sudden spring,
Like rising lark, and falling rain,
And melting water bubbling.
He saw the elven-flowers spring
About her feet, and healed again
He longed by her to dance and sing
Upon the grass untroubling

Musim dingin berlalu, Tinuviel datang lagi,
Nyanyiannya membangunkan musim semi,
Bagai hujan rintik dan burung penyanyi,
Mencairkan air yang dingin beku.
Di kakinya merekah bunga-bunga Peri
Berkembang indah dan berseri kembali
Ingin Beren menari dan bernyanyi
Di atas rumput bersamanya selalu.

Again she fled, but swift he came.
Tinuviel! Tinuviel!
He called her by her elvish name;
And there she halted listening.
One moment stood she, and a spell
His voice laid on her: Beren came,
And doom fell on Tinuviel
That in his arms lay glistenin

Beren datang menghampiri, namun Tinuviel lari.
Tinuviel! Tinuviel! 
Dipanggilnya nama si gadis Peri;
Si gadis pun berhenti, bagai tersihir 
Sesaat tertegun si gadis Tinuviel
Terpikat suara Beren yang menggugah hati, 
Beren mendatangi, dan luluhlah Tinicviel
Oleh pesona yang mengikatnya sampai akhir. 

As Beren looked into her eyes
Within the shadows of her hair,
The trembling starlight of the skies
He saw there mirrored shimmering.
Tinuviel the elven-fair,
Immortal maiden elven-wise,
About him cast her shadowy hair
And arms like silver glimmering.

Kala menatap mata Tinuviel si Jelita
Yang tersembunyi bayangan rambutnya,
Tampak oleh Beren tercermin di dalamnya. 
Kemilau bintang-bintang yang gemetar perlahan
Tinuviel nan cantik memesona, 
Gadis Peri yang bijaksana,
Mengurai rambutnya menutupi dirinya
Dan lengan-lengannya yang gemerlap keperakan.

Long was the way that fate them bore,
O'er stony mountains cold and grey,
Through halls of iron and darkling door,
And woods of nightshade morrowless.
The Sundering Seas between them lay,
And yet at last they met once more,
And long ago they passed away
In the forest singing sorrowless..

Nasib membawa mereka mengembara,
Lewat gunung berbatu dingin kelabu,
Lewat lorong besi dan pintu kegelapan nan menyiksa,
Dan hutan bayangan tanpa harapan.
Dipisahkan Samudra luas yang menderu,
Sebelum akhirnya kembali berjumpa,
Kini mereka t'lah lama berlalu
Bernyanyi tanpa duka, di dalam hutan.



bagaimana apakah kalian menyukai liriknya?saya pribadi sangat menyukai lirik lagu ini karna terasa begitu indah dan romantis ketika membayangkan suasana hutan di mana luthien menari juga saat pertemuannya dengan beren . terimakasih telah mampir dan membaca postingan ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.


2012年9月3日
-bianda_fedia-





|
This entry was posted on 11.15.00 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

2 komentar:

On 27 Februari 2013 pukul 12.53 , Unknown mengatakan...

Keren banget yaa, baca lyric nya bisa langsung merasakan romantisme di semak hutan, gw suka banget lord of the ring,, membayangkan kalo Om Tolkien masih hidup ,gimana komentarnya tentang karyanya yang di film kan

 
On 27 Februari 2013 pukul 19.21 , Bianda Fedia Puspitasari mengatakan...

@ardha : Hallo ardha makasih ya udah mempir ke blog ini hehehe. iyaaaaa gw merinding bacanya !! samaaaa gw juga suka banget 3logy Lord Of the ring.

kalo tolkien masih hidup dia pasti kaya dan terkenal banget kaya J.K Roling yaa >__<