Author: Bianda Fedia Puspitasari
•05.31.00
PSIKOTERAPI


Terapi Psikoanalisa

Sigmund Freud(c) http://ichef.bbci.co.uk/

Psikoanalisis adalah suatu sistem dalam psikologi yang berasal dari penemuan-penemuan freud dan menjadid dasar dalam teori psikologi yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik. psikoanalisis memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. dorongan -dorongan ini sebagian disadari dan sebagian lagi, bahkan sebagian besar tidak disadari. Psikoanalisis sebagai teori dari psikotera[i berasa; dari uraian Freud bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang traumatik dari pengalaman seksual pada masa kecil, Gunarsa (1996).

Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi



Konsep - Konsep Terapi Psikoanalisis

1. Struktur Kepribadian 


  • Id. 
Id merupakan bagian primitif dari kepribadian Id mengandung insting seksual dan insting agresif. Id membutuhkan kepuasan segera tanpa memperhatikan realitas yang ada.
  • Ego
Ego disebut perinsip realitas. ego menyesuaikan diri dengan realitas
  • Super ego
Super ego merupakan prinsip moral, yaitu mengontrol perilaku dari segi moral.

2. Pandangan Mengenai Sifat Manusia
  • Pandangan freud mengenai sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik dan reduksionistik 
3. kesadaran & ketidaksadaran

a. konsep ketaksadaran
  • Mimpi-mimpi → merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat konflik
  • Salah ucap / lupa → terhadap nama yang dikenal
  • Sugesti pascahipnotik
  • Bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
  • Bahan-bahan yg berasal dari teknik proyektif 
4. Kecemasan 

Adalah suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu kecemasan berfungsi untuk memperingatkan adanya ancaman bahaya. Macam-macam kecemasan
  • Kecemasan realistis
Merupakan kecemasan yang timbul dari ketakutan terhadap bahaya yang nyata.
  • Kecemasan neurotic
Kecemasan atau perasaan takut akan mendapatkan hukuman atas keinginan yang implusif.
  • Kecemasan moral
Merupakan kecemasan yang berkaitan dengan moral. seseorang merasa cemas karena melanggar norma-norma moral.

Tujuan terapi


  • Membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat pasien sadar akan hal yang selama ini tidak disadarinya. 
  • Mengungkapkan konflik-konflik yang dianggap mendasari munculnya ketakutan yang ekstrem dan reaksi menghindar yang menjadi karakteristik gangguan ini. 
  • Fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.
  • Bertujuan agar klien neurotik memiliki ego yang cukup lentur untuk bergeser diantara fungsi-fungsi ego yang bertentangan dan memadukannya dengan memperhatikan batas-batas yang ditentukan oleh konflik-konflik neurotik.
  • terapi psikoanalisa juga bertujuan untuk menggantikan tingkah laku defensif dengan tingkah laku yang lebih adaptif, sehingga klien dapat menemukan kepuasan tanpa menghukum dirinya sendiri atau orang lain.
Fungsi & Peran Terapis


 • Terapis / analis membiarkan dirinya anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada teapis / analis 

• Peran terapis
  • Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hub personal dlm menangani kecemasan secara realistis
  • Membangun hub kerja dengan klien, dengan banyak mendengar & menafsirkan
  • Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien
  • Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan & pertentangan-pertentangan pada cerita klien
Tekni Terapi Psikoanalisa

Sigmund Freud (c)www.loc.gov

Teknik dasar untuk melaksanakan psikoanalisa adalah dengan meminta pasien berbaring di dipan khusus (couch) dan psikoanalis duduk dibelakangnya, jadi posisi pasien menghadap kearah lain, hal tersebut dilakukan agar pasien tidak mengemukakan apa yang muncul dalam pikirannya dengan bebas, tanpa merasa terhambat, tertahan dan tanpa harus memilih mana yang dianggap penting dan tidak penting. Lima teknik dasar terapi psikoanalisa yaitu dibawah ini : 

1. Asosiasi Bebas. 

Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau yang dikenal dengan sebutan katarsis. Selama proses asosiasi bebas berlangsung, tugas analis adalah mengenali bahan yang direpres dan dikurung di dalam ketaksadaran. Penghalangan-penghalangan atau pengacauan-pengacauan oleh klien terhadap asosiasi-asosiasi merupakan isyarat bagi adanya bahan yang membangkitkan kecemasan. Analis menafsirkan bahan itu dan menyampaikannya kepada klien, membimbing klien ke arah peningkatan pemahaman atas dinamika-dinamika yang mendasarinya, yang tidak disadari oleh klien. 

2. Penafsiran. 

Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi-transferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran-penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Dengan perkataan lain, analis harus bisa menafsirkan bahan yang belum terlihat oleh klien, tetapi yang oleh klien bisa diterima dan diwujudkan sebagai miliknya.

3. Analisis Mimpi. 



Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai jalan istimewa menuju ketaksadaran, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yang tak disadari diungkap. Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi, yaitu laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik dan tak disadari. Karena begitu mengancam dan menyakitkan, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak sadar yang merupakan isi laten ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yakni impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi. Proses transformasi isi laten mimpi ke dalam isi manifes yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi. Tugas analis adalah menyingkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat pada isi manifes mimpi, selama jam analitik, analis bisa meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian guna menyingkap makna-makna yang terselubung. 

4. Analisis dan Penafsiran Resistensi 

Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari. Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaan depresi itu. Resistensi ditunjukkan untuk mencegah bahan yang mengancam memasuki ke kesadaran, analis harus menunjukannya, dan klien harus menghadapinya jika dia mengharapkan bisa menangani konflik-konflik secara realistis. Resistensi-resistensi bukanlah hanya sesuatu yang harus diatasi. Karena merupakan perwujudan dari pendekatan-pendekatan defensif klien yang biasa dalam kehidupan sehari-harinya, resistensi-resistensi harus dilihat sebagai alat bertahan terhadap kecemasan, tetapi menghambat kemampuan klien untuk mengalami kehidupan yang lebih memuaskan.

5. Analisis dan Penafsiran Transferensi 

Analisis transferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Penafsiran hubungan transferensi juga memungkinkan klien mampu menembus: konflik-konflik masa lampau yang tetap dipertahankannya hingga sekarang dan yang menghambat pertumbungan emosionalnya. Singkatnya efek-efek psikopatologis dari hubungan masa dini yang tidak diinginkan, dihambat oleh penggarapan atas konflik emosional yang sama yang terdapat dalam hubungan terapeutik dengan analis.

Daftar Pustaka

Basuki, H.M.A. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma
Corey, Gerald. (2005). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung : PT Refika Aditama.
Gunarsa, S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia

|
This entry was posted on 05.31.00 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: